Baca Tulisan Sebelumnya : Menyetel Prosperity Conscious
DALAM kehidupan sehari-hari, banyak orang yang berkata bahwa dirinya memiliki puluhan dan bahkan ratusan ide brilian yang dapat menjadikan dirinya miliuner.
Bahkan, ketika ide-ide tersebut diceritakan, dengan singkat anda bisa menilai bahwa bila ide itu dijalankan, benar-benar dapat mengubah kehidupan seseorang menjadi miliuner.
Pertanyaan berikutnya yang muncul biasanya adalah, “Mengapa tak segera dijalankan, kan itu ide yang bagus sekali?”
Baca Juga : The Mindset
Saya sering menanyakan hal itu, rata-rata jawaban yang biasa saya dengar adalah, “Saya belum punya modal untuk menjalankannya,” atau, “Masih menunggu waktu yang tepat.” Itulah dua alasan klasik yang paling sering diungkapkan.
Saya teringat pada kata-kata seorang sahabat, Pak Mustaqim, yang berdomisili di Kudus, Jawa Tengah. “Kalau sudah ada ide, hentikan dialog intelektual dalam pikiran. Langsung saja kerjakan. Ide itu murah, ndak mahal, ndak harus bayar. Cuma terkadang anda ndak mau action, keberatan isi kepala. Kurang mikir panjang-panjang,” urainya.
Orang yang biasa saya panggil sebagai Mas Taqim ini merupakan seorang yang melakukan apa yang dia katakan. Beranjak dari sosok yang menurut orang lain sangat kekurangan, sampai saat ini menjadi seseorang yang berkelimpahan.
Mas Taqim berhasil mencapai level tersebut karena segala sesuatu yang disentuhnya selalu dihasilkannya. Semua selalu berawal dari ide, yang kemudian langsung dijalankan, begitu ide tersebut sudah dibuatnya dengan detail.
“Bagaimana dengan masalah-masalah yang akan terjadi?” saya bertanya pada suatu kesempatan.
“Wah, kalo aku mikir masalah terus, kapan mikir buat jadikan ideku, Mas?” sahutnya.
Banyak hal yang mengejutkan saya, tetapi proses yang dijalaninya memang sudah membuktikan keberhasilan dirinya. Dan hebatnya lagi, sampai saat ini pun, Mas Taqim tidak pernah berhenti berkreasi.
Katanya, “Gusti Allah itu sudah memberikan kita banyak ide lewat alam. Kita yang harus bisa mengubahnya jadi segala sesuatu yang berguna. Begitu aku dapat ide, langsung aku kerjakan. Jadi, aku ndak akan pernah berhenti bergerak, Mas.”
Kalau melihat dari karyanya, saya sering terkagum kagum karena variasi yang tidak masuk di akal saya. Misalnya kepandaiannya melukis yang tidak memiliki aliran — terkadang realis, simbolis, abstrak, dia buat semua.
Kemudian dia juga membuat karya patung, ukir, kayu, tembaga, biola, gitar elektrik serta keris. Selain itu, dia bahkan membuat saus rokok untuk penikmat rokok di malam hari.
Ia menciptakan tujuh macam rasa rokok sehingga sebuah pabrik rokok terbesar di Kudus berani membayarnya 2 miliar rupiah untuk resep saus tersebut.
Belum lagi desain interior gedung Bank Indonesia serta arsitektur eksterior, dirancangnya pula. Kreativitas dan karyanya mengalir deras tanpa ada yang bisa menahannya.
Walaupun tinggal di desa yang hanya berpenduduk 3.000 orang berjarak 20 km dari Kota Kudus para pembeli tetap saja berbondong-bondong datang ke tempatnya tersebut.
Akhirnya dia terbukti sukses menjadi seorang miliuner tanpa perlu datang ke kota. Kini ia tinggal di perut Gunung Muria, di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dengan lahan seluas 150 hektar dan rumah yang nyaman bagai hotel bintang lima, di tengah rindangnya pepohonan. Itulah bukti dari apa yang dikatakannya, bukan nasehat kosong dari seseorang yang bukan pelaku.
Mas Taqim berkata, “Kepandaian panjenengan memotong jalur ‘birokrasi’ di kepala dan mulai menjalankan apa yang anda impikan adalah suatu keniscayaan, suatu keharusan, suatu kepastian.”
“Namun terkadang, otak sudah menjadi rumit, anda makin lama tenggelam dalam banyak pertimbangan atau dengan kata lain keraguan, dengan memilih kebiasaan untuk berpikir menjadi seorang skeptis (ragu) memang enak. Apa saja dipertanyakan, apa saja dilihat dari sisi berlawanan dan dijamin, anda akan menjadi orang yang bingung,” urainya.
Dia melanjutkan nasehatnya, “Jika pikiran anda mengatakan suatu hal itu SUSAH atau tidak mungkin, ya begitulah adanya, jadi susah dan jadi tidak mungkin. Kurangi proses berpikir, bukannya meniadakan sama sekali, karena Tuhan sudah menganugerahkan kita pikiran untuk digunakan. Dipergunakan untuk berkarya. Kalau pikiran dipakai buat menganalisis maka anda akan lumpuh.”
Kemudian ada sebuah pesan bijak darinya, “MIND CREATES HEART LEADS.” Pikiran yang mencipta, hati yang memimpin, jangan sebaliknya. Jadi kalau sudah ada ide (pikiran) dan sudah sreg (hati), perintah yang diciptakan ke pikiran adalah “Ayo kerjakan!”
Baca Juga : Tajir Melintir (Sebuah Pengantar)
Sumber : Buku Tajir Melintir
Karya : Mardigu WP
Baca Tulisan Berikutnya : Saya VS Bill Gates